A world without love is a chaos

Because love can unite everyone.

Senin, 27 Februari 2012

Penemuan Piramida di Bosnia

Setelah menyaksikan program acara di National Geografic chanel saya menjadi tertegun. Ini dikarenakan bahwa tidak disangka sebelumnya bila di Eropa juga ada Piramida. Piramida ini berada di suatu tempat yang bernama Bukit Visocica, dikota Visoko, Bosnia Herzegovina, 30 Km sebelah Utara Sarajevo. Penemuan ini sejak Oktober 2005 lalu gempar dan menjadi fokus perhatian Internasional. Banyak orang mungkin tidak bisa menyangka sebelumnya bahwa sebenarnya perbukitan Visocica yang saat ini telah tertutup oleh lebatnya vegetasi liar tanaman hutan disekitarnya merupakan sebuah bangunan piramida kuno.
Memang, Jika bukit Visocica yang mempunyai tinggi antara 200-230 meter dari permukaan laut ini jika kita pandang dari jarak radius sekitar 700 meter lebih, seakan-akan membentuk sebuah bangunan piramid (bentuk Limas) dengan sketsa yang kasar.

Seorang Arkeolog Bosnia, Mr Semir Osmanagic, telah memberi konfirmasi bahwa sejak pertengahan April 2006 lalu penggalian sudah mulai dilakukan. Kini beberapa terowongan yang diperkirakan merupakan pintu masuk dari Piramida telah terbuka. Rata-rata ruangan-ruangan pada piramida kini sudah dapat dimasuki beberapa pekerja dan para arkeolog. Tim Gabungan dari beberapa Arkeolog Australia, Austria, Skotlandia, dan Slovenia juga turut bagian dalam misi penggalian atas ketiga Piramida.

Para Tim Arkeolog yang bertanggung jawab penuh atas penggalian telah memutuskan untuk memberi nama pada piramida-piramida tersebut. Bukit Visocica yang merupakan tempat piramida utama diberi nama “Bosnian Sun Pyramid”, sedangkan dua bukit yang lebih kecil disekitarnya, masing-masing diberi nama “Bosnian Moon Pyramid” dan “Bosnian Dragon Pyramid”. Total di areal perbukitan ini terdapat tiga buah Piramida yang keseluruhan bangunannya telah ditutupi oleh lebatnya vegetasi disekelilingnya. Mengutip pernyataan dari seorang Kepala Penggalian, Philip Coppens, di surat kabar lokal Dnevni Avaz menyebutkan bahwa mungkin Piramida-Piramida ini dibuat oleh Peradaban Illyrians antara periode 12.000 SM sampai 500 SM. Di dalam argumennya, Coppens juga menjelaskan bahwa ia bersama rekan-rekannya belum bisa menemukan sisa-sisa organik, kayu dan batu bara disekitar areal Piramida, sehingga penelitian masih sulit untuk dilakukan dan mungkin beberapa analisa yang telah kami lontarkan belumlah sepenuhnya benar.




Gambar 2. Foto: Lokasi penemuan piramid

Jika benar Piramida-Piramida tersebut dibuat antara periode 12.000 SM sampai 500 SM, maka dimungkinkan sezaman dengan akhir zaman es. Jadi peradaban manusia zaman dulu telah mampu membuat bangunan Kolosal semegah itu. Dari beberapa informasi penggalian di areal perbukitan Visocica, penggalian atas situs purbakala tersebut telah mengalami banyak perkembangan yang pesat. Para tim arkeolog kini telah berhasil menemukan beberapa terowongan lain disekitar areal lereng bukit, ruangan-ruangan di dalam Piramida juga sudah banyak ditemukan, namun belum ada satu mummi-pun yang ditemukan di Sun Piramid. Nampaknya Bosnian Sun Piramid memang bukan dibangun sebagai areal pemakaman Raja-Raja.

Para arkeolog percaya, bahwa penemuan Piramida di Visoko ini akan mempunyai implikasi lebih lanjut terhadap perubahan pengetahaun sejarah di dunia. Dengan membandingkan teknik arsitekturnya, Bosnian Piramid mungkin saja dibangun oleh orang-orang sama yang juga telah ikut terlibat dalam pembuatan The Great Piramid Giza. Meski Bosnian Sun Piramid sendiri ditaksirkan memiliki tinggi 220 meter dengan lebar 70 meter, sehingga masih kalah besar dari Piramid di Giza, mungkin saja mungkin saja Bosnian Piramid malah lebih dulu dibangun dibandingkan Piramid di Giza.

Berikut ini ditampilkan foto-foto kegiatan penggalian (Eskavasi) yang dilakukan oleh tim dan apa saja yang sudah mereka dapatkan:






Gambar 3. Foto: Tempat eskavasi (penggalian piramid)


.


Gambar 4. Salah satu jalan masuk menuju lorong yang ditemukan pada piramid nya

.


Gambar 5. Penemuan jalan di lokasi Piramida di Bosnia

.




Gambar 6. Lereng-lereng yang telah berhasil di gali

.


Gambar 7. Artifak yang ditemukan di lokasi penggalian

Para tim arkeolog yang tergabung dalam yayasan Bosnian Sun Piramid telah mengagendakan rencana-rencana penelitian mereka terhadap tiga buah Bosnian Piramid antara tahun 2006 sampai 2010 nanti. Ditargetkan pada akhir 2007, sebagian besar penggalian terhadap Sun Piramid telah rampung dilaksanakan. Kemudian akan diteruskan dengan penggalian terhadap dua buah Piramid lainnya yaitu Moon Piramid dan Dragon Piramid. Sejak pertengahan tahun 2007, Sun Piramid telah dibuka untuk umum. Kini, Piramid tersebut telah banyak dikunjungi oleh para wisatawan manca negara.


sumber: http://yasirmaster.blogspot.com/2012/02/penemuan-piramida-di-bosnia.html

Dharmasraya ibukota Kerajaan Melayu di Sumatera




Dharmasraya merupakan nama ibukota dari sebuah Kerajaan Melayu di Sumatera, nama ini muncul seiring dengan melemahnya kerajaan Sriwijaya setelah serangan Rajendra Coladewa raja Chola dari Koromandel pada tahun 1025 M.

1. Awal Mula

Munculnya Wangsa Mauli

Kemunduran kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Coladewa, raja Chola telah mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli.

Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand. Prasasti itu berisi perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca tersebut bernama Mraten Sri Nano.


Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu Prasasti Padang Roco tahun 1286. Prasasti ini menyebut adanya seorang raja bernama Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Ia mendapat kiriman Arca Amoghapasa dari atasannya, yaitu Kertanagara raja Singhasari di Pulau Jawa. Arca tersebut kemudian diletakkan di Dharmasraya.

Dharmasraya dalam Pararaton merupakan ibukota dari negeri Bhumi Malayu. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun Prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas.

Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan Thailand (Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts’i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari Pa-lin-fong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.

Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja dan Tribhuwanaraja berasal dari bahasa Tamil yang bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian, kebangkitan kembali Kerajaan Malayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Srimat Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada prasasti Grahi.

2. Daerah Kekuasaan Dharmasraya

Dalam naskah berjudul Chu-fan-chi karya Chau Ju-kua tahun 1225 disebutkan bahwa negeri San-fo-tsi memiliki 15 daerah bawahan, yaitu Che-lan (Kamboja), Kia-lo-hi (Grahi, Ch’ai-ya atau Chaiya selatan Thailand sekarang), Tan-ma-ling (Tambralingga, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka, selatan Thailand), Ki-lan-tan (Kelantan), Ji-lo-t’ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun, daerah Terengganu sekarang), Tsien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t’a (Sungai Paka, pantai timur semenanjung malaya), Pong-fong (Pahang), Lan-mu-li (Lamuri, daerah Aceh sekarang), Kien-pi (Jambi), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-to (Sunda), dan dengan demikian, wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera sampai Sunda.

3. San-fo-tsi


Istilah San-fo-tsi pada zaman Dinasti Song sekitar tahun 990–an identik dengan Sriwijaya. Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap dipakai dalam naskah-naskah kronik Cina untuk menyebut Pulau Sumatra secara umum. Apabila San-fo-tsi masih dianggap identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan dengan prasasti Tanyore tahun 1030, bahwa saat itu Sriwijaya telah kehilangan kekuasaannya atas Sumatra dan Semenanjung Malaya. Selain itu dalam daftar di atas juga ditemukan nama Pa-lin-fong yang identik dengan Palembang. Karena Palembang sama dengan Sriwijaya, maka tidak mungkin Sriwijaya menjadi bawahan Sriwijaya.

Kronik Cina mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan utusan, masing-masing dari Kien-pi (Jambi) dan Pa-lin-fong (Palembang).

Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun 1082 mengirim duta besar ke Cina yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.

Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu ataupun nama lain yang mirip dengan Dharmasraya.

Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi, daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan Kerajaan Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah berakhir.

Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya tetap digunakan dalam berita Cina untuk menyebut Pulau Sumatera secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke-14, yaitu zaman Majapahit dan Dinasti Ming. Catatan sejarah Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu Sriwijaya masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama sekali tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya melainkan Palembang.

4. Ekspedisi Pamalayu

Dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Pararaton menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara mengirimkan utusan dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Mahisa Anabrang atau Kebo Anabrang, kemudian ditahun 1286 Kertanagara kembali mengirimkan utusan untuk mengantarkan Arca Amoghapasa yang kemudian dipahatkan pada Prasasti Padang Roco di Dharmasraya ibukota bhumi malayu sebagai hadiah dari kerajaan Singhasari dan tim ini kembali ke pulau Jawa pada tahun 1293 sekaligus membawa dua orang putri dari Kerajaan Melayu yakni bernama Dara Petak dan Dara Jingga. Kemudian Dara Petak dinikahkan oleh Raja Raden Wijaya yang telah menjadi raja Majapahit penganti Singhasari, dan pernikahan ini melahirkan Jayanagara, raja kedua Majapahit. Sedangkan Dara Jingga dinikahkan dengan sira alaki dewa (orang yang bergelar dewa) dan kemudian melahirkan Tuhan Janaka atau Mantrolot Warmadewa yang identik dengan Adityawarman dan kelak menjadi raja Pagaruyung.

5. Penaklukan Majapahit


Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebut Negeri Melayu sebagai salah satu di antara sekian banyak negeri jajahan Kerajaan Majapahit.[6] Namun interpretasi isi yang menguraikan daerah-daerah “wilayah” kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti ini masih kontroversial, sehingga dipertentangkan sampai hari ini. Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit, sekaligus melakukan beberapa penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama Arya Damar sebagai Bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman.

6. Dari Dharmasraya ke Malayapura

Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, pada tahun 1347 Masehi atau 1267 tahun Saka, Adityawarman memproklamirkan dirinya sebagai Maharajadiraja dengan gelar Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa dan menamakan kerajaannya dengan nama Malayapura dan kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu sebelumnya dan memindahkan ibukotanya dari Dharmasraya (sekarang Jambi) ke daerah pedalaman Minang (Pagaruyung atau Suruaso). Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada Bangsa Mauli penguasa Dharmasraya dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnabhumi.

Walaupun ibukota kerajaan Melayu telah dipindahkah ke daerah pedalaman, di Dharmasraya tetap dipimpin oleh seorang Maharaja Dharmasraya tetapi statusnya berubah menjadi raja bawahan, sebagaimana tersebut pada Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada zaman Adityawarman.

7. Daftar Raja Dharmasraya

Berikut ini daftar nama raja Dharmasraya:

1) 1183 – Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand).


2) 1286 – Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (Prasasti Padang Roco tahun 1286 di Siguntu).

3) 1300 – Akarendrawarman (Prasasti Suruaso di (Kab. Tanah Datar sekarang)).

4) 1347 - Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa (Manuskrip pada Arca Amoghapasa bertarikh 1347 di Kab. Dharmasraya sekarang, Prasasti Suruaso dan Prasasti Kuburajo di Kab. Tanah Datar sekarang).

8. Situs peninggalan

Komplek candi Muaro Jambi

Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Melayu Dharmasraya. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28’32″ Timur 103* 40’04″. Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera.




Penemuan dan pemugaran

Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1823 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer. Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno[rujukan?] pada beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar,[1] dan kesemuanya adalah bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

Dari sekian banyaknya penemuan yang ada, Junus Satrio Atmodjo menyimpulkan daerah itu dulu banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, Republik Rakyat Cina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan “wajra” pada beberapa candi yang membentuk mandala.

Struktur kompleks percandian

Kompleks percandian Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum dikupas (diokupasi). Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan berpengaruh agama Hindu.



Kompleks ini tak jauh dari daerah aliran sungai Batanghari. Untuk sampai ke sana, bisa menempuh jalur darat atau pakai kapal cepat lewat sungai. Luas situs Candi Muaro Jambi sebesar 12 kilometer persegi. Candi Muaro Jambi memiliki 80-an candi, sembilan candi besar. Ada sembilan candi yang besar: Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, candi Gedong satu dan Gedong dua, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Telago Rajo, Candi Kembar Batu dan Candi Astano. Candi Gedong Satu terhitung unik di kompleks candi Muaro Jambi. Luas halamannya sekitar 500an meter persegi, terdiri dari bangunan induk dan gapura. Bentuknya sangat berbeda dengan candi umumnya di Pulau Jawa. Candi tak dibuat dari batu alam, tapi dari batu bata. Pada tiap bata merah, terdapat pahatan relief. Sebagian dari bata ini ada yang disimpan di museum.






Di dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Dalam kompleks tersebut minimal terdapat 85 buah menapo yang saat ini masih dimiliki oleh penduduk setempat. Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnyaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu. Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak.

***
Demikianlah sejarah singkat yang dapat kami berikan mengenai Malayu Dhamasraya. Semoga tetap bisa menambah wawasan dan bahan kajian kita bersama. Sehingga kita pun kian bangga menjadi bagian dari sejarah bangsa ini.
 
 
 
sumber: http://yasirmaster.blogspot.com/2012/02/dharmasraya-ibukota-kerajaan-melayu-di.html

Mempertanyakan Kembali Keberadaan Benua Atlantis

The Lost Island

perbincangan mengenai benua yang hilang – benua Atlantis- seakan terus menerus menelurkan beberapa pendapat yang berbeda. Perbedaan pendapat mengenai keberadaan Atlantis tersebut barangkali berangkat dari ketidakjelasan perbincangan plato mengenati letak dan dimana benua Atlantis itu berada dengan beberapa muridnya meskipun ada beberapa kata kunci. Hal ini pada akhirnya menimbulkan perbedaan pendapat dari para sejarawan tentang keberadaan benua Atlantis. Sehingga tidak salah bila mereka mengatakan bahwa atlantis itu bisa dimana saja. -it could be anywhere-


kita harus benar-benar menghargai perbedaan pendapat dari sejarawan yang mengatakan demikian, meskipun kita masih belum merasa benar-benar setuju dengan pendapat mereka. Kita harus menghormati cara kerja ilmuan yang mencari kebenaran berdasarkan fakta-fakta atau sumber sejarah yang pasti. Karena para sejarawan yang mengatakan bahwa atlantis itu bisa dimana saja tidak hanya menyimpulkannya begitu saja, melainkan mereka berkata dengan adanya alasan yang bisa dipertahankan.


Para ilmuwan tersebut adalah orang-orang yang benar-benar mencari fakta/bukti historis dengan secara detail, mereka mencari korelasi antara isi dari dialog Plato yang dihubungkan dengan keadaan alam dan sisa-sisa bangunan kuno yang menurut mereka mempunyai hubungan khusus dengan benua Atlantis.


Meskipun para ilmuwan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tapi pada akhirnya kerja keras mereka membuahkan penemuan-penemuan yang baru mengenai Atlantis. Lalu apakah temuan mereka terhadap keberadaan benua atlantis itu benar-benar telah mencapai kesepakatan bersama –para ahli sejarah-?


Kenyataanya hal itu belum benar-benar menjadi sebuah kesepakatan mutlak. Disinilah kita harus memahami cara kerja para ilmuwan dalam mencari dan mengolah data-data yang pada akhirnya akan dijadikan sebuah kesimpulan. Begitu juga kita harus memahami bagaimana mereka satu sama lain saling menyangkal pendapat-pendapat mengenai atlantis.


Atlantis –Sebuah Benua Yang Hilang-


Mitos Atlantis muncul ketika mahaguru Socrates berdialog dengan ketiga muridnya; Timaeus, Critias dan Hermocrates. Critias menuturkan kepada Socartes di hadapan Timaeus dan Hermocrates cerita tentang sebuah negeri dengan peradaban tinggi yang kemudian ditenggelamkan oleh Dewa Zeus karena penduduknya yang dianggap pendosa. Critias mengaku ceritanya adalah true story, sebagai pantun turun temurun dari kakek buyut Critias sendiri yang juga bernama Critias.


Critias, si kakek buyut, mengetahui tentang Atlantis dari seorang Yunani bernama Solon. Solon sendiri dikuliahi tentang Atlantis oleh seorang pendeta Mesir, ketika ia mengunjungi Kota Sais di delta Sungai Nil. Bayangkan cerita lisan turun temurun yang mungkin banyak terjadi distorsi ketika Critias, si cicit, menceritakan kembali kepada Socrates, sebelum ditulis oleh Plato. (melalui tulisan Budi Brahmantyo ”PR” 7 Oktober 2006)


Sudah barang tentu bahwa sumber penting yang pertama bagi para ilmuwan untuk memulai penelitiannya adalah teks dialog tersebut. Sumber itu merupakan bekal pertama para ilmuwan untuk meneliti kebenaran keberadaan benua yang hilang. Para ilmuwan berpendapat bahwa meskipun itu hanya sebuah mitos, yang disampaikan secara turun temurun- tapi dalam mitos tersebut pasti terdapat sebuah sejarah –meskipun sedikit- yang berhubungan dengan mitos tersebut.


Beberapa Penemuan Tentang Atlantis (Mesir-Maya-Akrotiri)


Berangkat dari sana para ilmuwan mulai mencari bukti-bukti sumber data mengenai keberadaan benua atlantis. Beberapa ilmuan ada yang berkeyakinan bahwa benua atlantis itu berada di Meksiko –Peradaban Maya- karena disana ditemukan beberapa bukti-bukti yang berhubungan dengan atlantis. Salah satunya adalah adanya beberapa patung relief yang menyerupai gajah –tanda-tanda dari peradaban atlantis- tepat didepat monumen piramida. –George Erikson-


Namun tidak lama setelah George Erikson mengemukakan pendapatnya mengenai Atlantis di maya, ada beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan pendapat tersebut. Menurut mereka –ilmuwan yang tidak setuju- patung yang diyakini Erikson sebagai bukti keberadaan sejarah atlantis hanyalah seekor burung atau seekor musang.


Ada juga ilmuan -William Henry- yang mengatakan bahwa Atlantis itu mempunyai hubungan erat dengan ornamen-ornamen di Mesir. Ia mempunyai pendapat bahwa piramida-piramida dan patung-patung besar yang ada di Mesir dibangun dengan bantuan orang-orang Atlantis dan mungkin dengan bantuan ufo.


mungkin kita akan berpikir demikian kalau kita meyakini bahwa orang-orang Atlantis pada waktu itu telah mencapai peradaban yang tinggi dan mungkin tekhnologi pun sudah dikenal baik pada waktu itu. Hal ini terbukti dengan adanya relief-relief yang serupa dengan kendaraan yang sekarang kita kenal dengan helikopter, kapal selam, dan bahkan ada gambar yang Nampak seperti ufo.











Namun para ilmuwan lain nampaknya mempunyai pendapat berbeda dengan yang dikemukakan oleh William Henry. Para ilmuwan yang meragukan bahwa relief-relief yang menyerupai kapal selam, helikopter dan ufo tersebut berpendapat tidak benar adanya. Mereka berpendapat bahwa relief yang diungkapkan peneliti di Mesir itu bukanlah kapal selam, helikopter dan bahkan ufo. Mereka meyakini bahwa ada pengikisan dari gambar asli –yang sudah berumur beribu tahun itu- dengan gambar yang ada sekarang.


Begitu juga seiring dengan peniliti mesir diatas, nampaknya ada yang mempunyai pemikiran yang bertolak belakang mengenai keberadaan orang atlantis di mesir. Ilmuwan yang mempertanyakan ulang pendapat diatas adalah Profesor Salima Ikram. Dia tidak setuju dengan pendapat yang menyatakan bahwa patung dan piramida yang ada dimesir dikaitkan dengan alien, ufo dan orang-orang atlantis. Dia lebih lanjut menambahkan bahwa bila memang benar adanya bantuan dari orang-orang atlantis maka seharusnya dimesir juga ditemukan peninggalan-peninggalan yang berhubungan dengan orang atlantis semisal perahu atau kapal.


Sementara disisi lain ada ilmuwan yang meyakini bahwa letak benua atlantis itu beralih ke Santorini-Minoan-Akritiri. Didalam penjelasan Plato –The Geat Philoshoper- benua Atlantis itu besarnya melebihi gabungan antara benua Asia dan libia. Dihuni oleh para intelektual yang mempuni dan kehidupan yang gemah ripah loh jinawi, namun keadaan tersebut ternyata malah membuat orang-orangnya lupa diri sehingga menimbulkan kemarahan Tuhan, sebagai balasannya Tuhan yang begitu murka pada akhirnya membinasakan peradaban itu. Deskripsi yang dijelaskan oleh Plato diatas bisa dijadikan bukti untuk membenarkan bahwa benua atlantis itu berada didaerah Santorini.


Jauh sebelum Plato dilahirkan terdapat peradaban yang dipercayai sudah memenuhi kriteria dengan penjelasan Plato didalam dialognya, salah satu bukti yang bisa dipercayai adalah temuan peradaban oleh seorang arkeolog pada tahun 1939 yang ada di Minoan Akrotiri. Temuan itu telah terkubur beberapa ribu tahun dan arkeolog tersebut sangat percaya bahwa debu-debu yang membuat reruntuhan ini tetap kuat adalah akibat terkubur didalam debu dari letusan gunung berapi yang dahsyat.


Namun penemuan dan anggapan Minoan Akrotiri sebagai benua atlantis lagi-lagi dipertanyakan kembali oleh para ilmuwan yang skeptis, salah satunya karena letak wilayah yang diterangkan Plato berbeda dengan letak dimana Minoan Akritiri berada. Besar luasnya benua atlantis yang dijelaskan Plato mencakup benua asia dan libia itu menurut mereka –ilmuwan yang skeptis- tidak sesuai.



Terlepas dari itu temuan Minoan Akrotiri ini dikatakan sebagai temuan yang paling mendekati dengan penjelasan Plato. Minoan Akritiri adalah peradaban yang sudah sangat maju di eropa pada zaman dulu. Tidak hanya itu, pilar yang dikenal sebagai pilar Hercules itu diyakini adalah selat Gibraltar.


Atlantis dan Sundaland


Orang Indonesia akhir-akhir ini tengah merasakan gloria dengan pernyataan Profesor Santos yang mengatakan bahwa benua atlantis itu adalah Indonesia –sebagai pusatnya-. Dengan bukti-bukti yang dikaitkan seperti Gajah, Banteng, dan Piramida, letak geografis yang banyak dihuni gunung-gunung merapi.


Namun benarkah benua atlantis yang hilang itu ada di Indonesia? Pernyataan ini mungkin akan sulit diterima karena bila benar pusat dari benua atlantis yang di katakan Prof Santos itu, maka haruslah ada suatu monumen-monumen kuno yang begitu megah melampaoi bangunan besar seperti piramida, patung sphink, dan peradaban Minoan Akrotiri tadi.


Bukan hanya itu bila benar Indonesia pusat dari benua atlantis, maka kita harus bertanya adakah suatu peninggalan besar yang bisa mewakili dan menjadi bukti bahwa Indonesia adalah benua Atlantis yang megah itu. Karena kita tahu bahwa suatu peradaban itu akan bisa melahirkan sebuah peradaban yang tinggi apabila mereka telah menetap lama dimana mereka tinggal. Sehingga kita bisa berpikir bahwa pada waktu yang lama itu pasti terlahir suatu kebudayaan atau monumen-monumen yang banyak dan megah yang bisa kita temukan sekarang.


Terlebih tidak adanya pembahasan apakah benua atlantis berada diwilayah tropis, deskripsi yang dijelaskan Plato sebagai pilar Hercules tidak dijelaskan secara detail, waktu dari tenggelamnya pulau yang dijelaskan Plato hanya satu malam ternyata tidak sesuai dengan penjelasan Profesor Santos, dan terakhir adalah ketidak suaian yang bisa disetujui dengan penjelasan Profesor Santos tentang kebudayaan yang hidup pada zaman dulu. (melalui tulisan Budi Brahmantyo ”PR” 7 Oktober 2006)


terlepas dari itu, saya tidaklah membantah sama sekali pendapat mengenai pendapat bahwa benua Atlantis itu pusatnya ada di Indonesia. Tapi saya sedikit ragu karena belum adanya fakta-fakta yang betul-betul bisa membuat saya percaya bahwa Indonesia adalah benua Atlantis yang hilang itu. Dan saya mungkin akan percaya bila suatu hari ada ilmuwan, sejarawan, arkeolog, ataupun para linguist yang bisa memecahkan dan memberikan bukti yang konkrit.

sumber: http://yasirmaster.blogspot.com/2012/02/mempertanyakan-kembali-keberadaan-benua.html

3000 tahun yang lalu, Nusantara Indonesia adalah sebuah Surga yang Terkenal di Dunia

Dengan adanya peta yang diciptakan oleh Ptolomeus dari Yunani (Ptolemy adalah sebuah marga blasteran Yunani-Mesir pada zaman pasca Alexander) pada tahun 150 Masehi, saya yakin bahwa ada manuskrip-manuskrip selain dari orang India yang menceritakan sebuah kepulauan yang mempunyai banyak sumber daya alamnya. Diantaranya adalah orang-orang tinggal di sekitar laut Mediterrania seperti Mesir/Phoenicia/Yahudi, Persia, dan Yunani.mari kita lihat dari pulau ke pulau yang dikunjungi oleh mereka!

Sumatra, The Mysterious Island Of Gold

Dikenal dengan orang India dengan nama Suwarnadwipa (pulau emas), dan ternyata banyak ilmuwan/pakar revolusioner yang mengatakan sudah diceritakan di kitab-kitab pendeta India Selatan pada tahun SM (bukan Abad ke 2 Masehi), bukan hanya India saja, check this out:



. Kota Barus yang misterius yang terletak di Sumatra Utara (Tapanuli) sudah menjadi kota perdagangan yang terbesar di timur pada masa Dinasti ke-18 Mesir (pada tahun 1.567 SM- 1.339 SM) ,diperkirakan Barus sudah ada sejak 3000 SM. Karena terkenal dengan kapur barusnya, orang Mesir mengambil salah satu jenis kekayaan alam ini untuk dijadikan pengawet mumi pada zaman mesir kuno, dan hanya kapur barus lah pada zaman itu hanya bisa ditemukan di tempat itu.Dinyatakan oleh Herodotus dalam bagian ”Catatan dan Hikayat Raja-Raja Mesir” bahwa orang Mesir pernah mencapai di suatu pulau melalui jalan menuju timur dan dilanjutkan ke tenggara dimana tempatnya terdapat kapur barus dan emas yang melimpah.







. Dipercaya bahwa di dekat pelabuhan Barus terdapat pelabuhan Singkil yang sering dikunjungi oleh orang Phoenicia dan orang-orang Yahudi.




. Sebuah manuskrip yahudi kuno menceritakan bahwa tentara Solomon/Sulaiman menemukan kerajaan purba di kepulauan timur yang bernama Ophir yang diperkirakan terletak di Sumatera Barat, dan diceritakan bahwa di kerajaan ini mempunyai gunung dengan kekayaan alam emas yang melimpah sehingga mereka mengambilnya (jangan kaitkan ini dengan pembuatan Candi Borobudur oleh Nabi Sulaiman, sungguh SARA/menyinggung kaum agama Buddha dan yang ini saya tidak percaya)



. Pedagang dari Dinasti Persia yang bernama Sassanid telah mengunjungi aceh sejak tahun 1 Masehi di Aceh bagian utara, diperkirakan pedagang yang melarikan diri dari tempat mereka yaitu Mesopotamia yang sempat diserang Romawi Timur,akhirnya direbut kembali oleh Persia. Sehingga bahwa orang Persia hanya sementara saja berdagang di Aceh. Dan yang mungkin terjadi orang Persia ke Aceh Utara ada 3 kemungkinan. Diberitahu pedagang India karena sangat erat perdagangan nya atau kebetulan menemukan tempatnya, dan juga mungkin orang Sassanid menemukan dan menerjemahkan manuskrip Yahudi kuno yang menceritakan kepulauan itu.



. Orang Yahudi menyebut taman eden ada di sebelah tenggara Mesopotamia melalui lautan, kalau irak ditenggarakan maka Indonesia pun jawaban nya, dan orang Yahudi taman eden belum pernah ditinggali oleh mereka meski mereka mengunjunginya.




Maluku, The Mysterious Spice Islands



Terkenal dengan sebutan ”Pulau Rempah-Rempah” atau ”3 Emas Dari Timur” f dan juga pulau ini dikatakan menyimpan sebuah sejarah yang dilupakan dan tidak diketahui seperti:



. Kerajaan Mesir pada 4000 tahun yang lalu, dinasti ke 12- Sesoteris III diperkirakan menemukan kepulauan ini dan menamakan nya ”punt”.Meski dukungan arkeologis masih minim, dulu cengkeh tidak ada terdapat di Timur Tengah maupun India, dan hanya ada di kepulauan ini. Mereka menjual cengkeh ini ke negeri mereka dengan harga yang lebih mahal daripada emas karena hanya bisa ditemukan di daerah itu. (masih penasaran kok bisa jauh amat?)




. Kerajaan Romawi Timur pada abad ke 1 telah menjualkan biji pala, dan mereka bilang mereka mendapatkan nya dari sebuah negeri yang sangat jauh di Timur, dan biji pala sangat dominan di kepulauan Banda, Maluku.



Papua, Island of The Heavenly Earth And The Real Eden



Menurut saya inilah salah satu pulau yang harus paling dibanggakan dari Indonesia, karena sumber daya alam terbanyak terdapat di pulau ini, namun pulau ini sudah diakui keberadaanya sebelum berdirinya Sriwijaya,Majapahit,dan Tidore yang pernah berkunjung ke daerah ini:



.Ptolomeus pada tahun 150 pada peta dunia nya menamakan daerah ini bernama Labadios. dan juga ia menyebutkan beberapa bagian dari kepulauan nusantara.



. Seorang musafir yang bernama Ghau Yu menamakan daerah ini Tungki pada tahun 500 Masehi, dan masih belum diketahui ia menemukan pulau itu karena kerajaan Sriwijaya belum muncul.



. Akhirnya pulau yang terpencil ini ditemukan oleh orang Indonesia sendiri dari kerajaan Sriwijaya pada abad ke 11 , sempat juga utusan Sriwijaya menghadiahi pedagang China dengan burung yang ditemukan di daerah ini, yang bernama Cendrawasih. Dan juga Sriwijaya menamakan daerah ini Janggi.




sumber: http://yasirmaster.blogspot.com/2012/02/3000-tahun-yang-lalu-nusantara.html

The Member of UMMY 09 B English

Revo Kesayanganku Dari Tahun ke Tahun








Blogger Visitors

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More